Senin, 22 Desember 2008

Do'a dikala Ragu Akan Dirinya


Bagi yang sedang bimbang oleh sang kekasih, nih ada do’a yang bagus untuk diamalkan. Selamat Mengamalkan ya….:)

Ya Allah…Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami Agar kemesraan itu abadi

Dan ya Allah… ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi
Tetapi ya Allah…
Seandainya telah Engkau takdirkan……
Dia bukan milikku Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku

Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti…
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya

Dan ya Allah yang tercinta…
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya….

Ya Allah ya Tuhanku…
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah…
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini

Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan
hidup Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh
Amin… Ya Rabbal ‘Alamin

Garam dan Telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.

“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah.Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.

“Segar.”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

diambil dari motivasi.net

Cangkir yang cantik

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang.
Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.

Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.
***********************************************************
Renungan :
Seperti inilah Tuhan membentuk kita. Pada saat Tuhan membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.

“Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”

Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Dia sedang membentuk Anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai, Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk Anda.
di ambil dari motivasi.net

Hidup adalah PILIHAN

Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.”

Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam. “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak.
Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.”

Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.
Renungan :
Memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlah dengan bijak.

Surat Cinta Untuk Jiwa

Surat ini kutunjukan untuk diriku sendiri serta saudara – saudariku yang Insya Allah tetap mencintai Allah dan rasul – Nya di atas segalanya, cinta hakiki yang membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandang yang berbeda, lebih bermakna dan indah.



Surat ini kutunjukan untuk hatiku dan hati saudara / I –ku yang kerap kali terisi oleh cinta selain – Nya, yang mudah sekali terlena oleh indahnya Dunia, yang terkadang melakukan segalanya bukan karena – Nya, lalu diruang hatinya yang kelam merasa senang jika dilihat dan dipuji orang, entah dimana keikhlasan. Maka saat ini kurasakan kekecewaan dan kelelahan karena yang kulalukan tidak sepanuhnya berlandaskan keikhlasan, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasil, Dia akan melihat kesungguhan dalam berproses.

Surat ini kutunjukan untuk jiwaku dan jiwa saudara /I –ku yang mulai lelah menapaki jalan –nya ketika seringkali mengeluh, merasa terbebani bahkan terpaksa untuk menjalankan tugas yang sangat mulia, padahal tiada kesakitan, kelelahan serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan Allah akan mengampuni dosa –dosanya.

Surat ini kutunjukan untuk ruh – ku dan ruh saudara / I ku yang mulai terkikis oleh dunia yang menipu, serta membiakan fitrahnya tertutup oleh maksiat yang dinikmati, lalu dimanakah kejujuran diletakkan ?! dan kini terabaikan sudah secara nurni yang bersih, saat ibadah hanyalah rutinitas belaka, saat fisik dan fikiran disibukan oleh Dunia, saat wajah menampakan kebahagian yang semu, coba lihat hatimu menangis, tertawa dan merana??!

Surat ini kutunjukan untuk diriku dan saudara / I –ku yang sombong, yang terkadang bangga dengan dirinya sediri. Sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih dihadapan – Nya selain ketakwaan, padahal kita menyadari bahwa tiap – tiap jiwa akan merasakan mati, namun kita masih bergulat terus dengan kefanaan.

Surat ini kutunjukan untuk hatiku dan hati saudara / I –ku yang mulai mati, saat tiada getar ketika asma Allah disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan terlewatkan begitu saja, dan saat tiada rasa dosa ketika menzhalimi diri dan saudaranya.

Akhirnya surat ini kutunjukan untuk jiwa yang masih memiliki cahaya meskipun sedikit, jangan birkan cahaya itu padam. Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi wajah – wajah disekelilingnya, memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya hanya dengan kekuatan dari – Nya.

“Adakah hari – hari yang mungkin aku bisa lari dari maut, hari yang ditentukan, dan yang tidak ditentukan. Hari yang tidak ditetapkan, akupun tak gentar dan hari yang ditentukan – pun aku tak kuasa menghindarinya. Dari para syuhada yang gugur yang tak kau pedulikan. Maka sesungguhnya engkau walau meminta penundaan meski sehari atas ajal yang ditetapkan padamu, tentu ia takkan mau karena itu bersabarlah saat menhadapi kematian karena mengarapkan keadilan adalah mustahil.”

“ya…. Allah yang maha membolak –balikan hati, tetapkan hati ini pada agama – mu, pada ta’atnya beribadah kepada – mu dan da’wah dijalan –mu.”

Bibliotheca Alexandrina

Bibliotheca Alexandrina, itulah namanya. Sebuah bangunan yang spektakuler pada berapa dekade ini sungguh menarik perhatian dunia. Keindahan bangunan yang tak tergambarkan oleh kata-kata ini menjadikannya begitu sempurna. Perancangannya yang menarik atas kerjasama antara Snøhetta dengan hamza dalam mengerjakan proyek ini merupakan kerjasama yang sangat baik. Kejelasan struktur geometrisnya yang digabungkan dengan estetika yang sempurna menjadikannya tampak megah. Sangat pantas jika Snøhetta dalam hal ini memenangkan kompetisi arsitektur dunia. Apakah yang membuat bangunan ini begitu spektakuler?pada kesempatan kali ini saya akan mendeskripsikan tentang Bibliotheca Alexandrina.



Architect : Snøhetta
Location : Shatby, Egypt
Date : 1989 to 2001
Building : Type large regional public library
Construction System : granite cladding
Climate : desert
Context : urban
Style : Modern
Notes with : Hamza Associates of Cairo. Overlooking the Mediterranean.

Pendahuluan
Bibliotheca Alexandrina, itulah namanya. Sebuah bangunan yang spektakuler pada berapa dekade ini sungguh menarik perhatian dunia. Keindahan bangunan yang tak tergambarkan oleh kata-kata ini menjadikannya begitu sempurna. Perancangannya yang menarik atas kerjasama antara Snøhetta dengan hamza dalam mengerjakan proyek ini merupakan kerjasama yang sangat baik. Kejelasan struktur geometrisnya yang digabungkan dengan estetika yang sempurna menjadikannya tampak megah. Sangat pantas jika Snøhetta dalam hal ini memenangkan kompetisi arsitektur dunia. Apakah yang membuat bangunan ini begitu spektakuler?pada kesempatan kali ini saya akan mendeskripsikan tentang Bibliotheca Alexandrina.

Pembangunan
Sebuah Bangunan monumental yang dikenal dengan nama Bibliotheca Alexandrina merupakan perpustakaan utama dan pusat budaya yang terletak di pantai Laut Tengah di Mesir tepatnya di kota Alexandria. Perpustakaan ini merupakan sebuah peringatan untuk Perpustakaan Alexandria yang hilang.
Ide untuk menghidupkan kembali perpustakaan kuno tersebut kembali ke 1974, ketika sebuah komite yang dibentuk oleh University of Alexandria memilih sebuah lokasi untuk perpustakaan baru, antara kampus dan laut, dekat dengan perpustakaan kuno dulu berdiri. Ide untuk menciptakan kembali perpustakaan kuno tersebut diterima dengan antusias oleh pribadi dan agensi lain.
Salah satu pendukung utama proyek ini adalah Presiden Mesir Hosni Mubarak; UNESCO juga cepat tanggap terhadap ide memberikan daerah Laut Tengah dengan pusat budaya dan sains yang maju. Sebuah kompetisi arsitektur, yang diatur oleh UNESCO pada 1988 untuk memilih desain yang layak untuk tempat tersebut dan warisannya, dimenangkan oleh perusahaan Norwegia Snøhetta dari lebih dari 1.400 masukan lainnya.
Pada sebuah konferensi yang diadakan pada 1990 di Aswan, bantuan pertama pembiayaan untuk proyek tersebut diberikan: US$65 juta, kebanyakan dari negara-negara Arab. Konstruksi dimulai pada 1995 dan setelah menghabiskan US$220 juta, kompleks ini akhirnya diresmikan pada 16 Oktober 2002(dalam www. id.wikipedia.org , 2008:7)
Perpustakaan yang dikenal sebagai perpustakaan terbesar ini diresmikan oleh Presiden Husni Mubarak yang dihadiri oleh Pemimipin dan Presiden dari berbagai Negara lainnya diantaranya: Presiden Prancis, Presiden Yordania, Ketua UNESCO (Badan Pendidikan, Sains dan Kebudayaan PBB), dan para Pembesar lainnya. (dalam www.kupretist.multiply.com)
Pada tahun 1989, Mesir mengumumkan kompetisi arsitektur untuk merancang Perpustakaan Alexandria. Sekitar 650 tim menyerahkan rencana mereka. Merupakan suatu kejutan ketika Snøhetta, sebuah kantor arsitek kecil di Norwegia yang tidak pernah memenangkan kompetisi dan membangun gedung dalam skala besar mendapat hadiah pertama. Perpustakaan Alexandria yang baru, atau Bibliotheca Alexandrina, dibuka pada tahun 2002 dan dipandang sebagai salah satu karya arsitektur paling penting dalam beberapa dekade terakhir.

Bibliotheca Alexandrina merupakan bangunan yang menakjubkan
Bentuk perpustakaan tersebut sangat mengesankan namun tetap sederhana. Secara keseluruhan, bangunan dibagi secara diagonal, berdiri dalam bentuk silinder dimana kejelasan struktur geometris memiliki persamaan dengan keantikan bangunan besar di Mesir. Garis lurus yang menusuk bentuk silinder perpustakaan sebenarnya adalah jembatan penyeberangan, yang memberikan jalan dari Universitas Alexandria ke Selatan. Jembatan tersebut menyeberangi jalanan yang padat untuk mencapai lantai dua perpustakaan dan terus ke plasa di sebelah Utara gedung, mengarah ke laut.
Di sebelah Barat jembatan ini, sebagian besar berbentuk silinder menukik, menciptakan ruang kosong yang merupakan pintu masuk utama perpustakaan. Pintu masuk perpustakaan menghadap pintu depan sebuah gedung pertemuan tua, dan sepertinya menunjukkan penghormatan pada gedung tersebut. Diantara kedua gedung tersebut adalah plasa yang dihias dengan jalanan batu dan, terbenam di dalam plasa adalah area yang sangat luas untuk planetarium.
Bangunan berbentuk silinder dipotong oleh sudut miring. Umumnya, hal ini akan membentuk elips, tetapi para arsitek memulai dengan silinder elips yang dimiringkan jauh dari garis vertikal. Oleh karena itu, area lantai dasar dan atap bangunan menghasilkan bentuk lingkaran yang sempurna. Dinding-dinding miring perpustakaan semuanya menunjuk ke Utara, ke arah laut. Sementara silinder adalah bentuk statis, bentuk tidak beraturan perpustakaan memberikannya gerak – kesan yang ditekankan oleh garis vertikal 10 m dibawah tanah hingga 32 m di atas tanah dari sebuah gedung bertingkat 10.
Dinding yang menghadap Selatan dari bagian silinder dihias dengan potongan batu granit yang merupakan pecahan batu yang sangat besar, bukan digergaji. Permukaannya tidak rata, dengan garis bentuk yang halus. Batu-batu granit tersebut ditulisi dengan simbol huruf dari seluruh dunia, salah satu gambaran tentang perpustakaan ini yang mempunyai ilmu yang ada dari seluruh dunia dengan segala bahasa yang berbeda-beda pula. Sinar matahari dan pantulan lampu di perbatasan air menghasilkan bentuk bayangan dinamis dari simbol-simbol tersebut, yang mengingatkan pada dinding tempat beribadah Mesir kuno. Ruang utama perpustakaan yang sangat luas – setengah lingkaran dengan diameter 160 m – merupakan ruangan yang sangat kuat. Dinding melengkung tebuat dari beton dengan sambungan vertikal terbuka, semetara dinding yang lurus dihias dengan batu hitam dari Zimbabwe. Lantainya dibagi menjadi tujuh tingkat yang menurun ke Utara, menuju Mediterrania. (dalam www.norwegia.or.id)
Pada jalan masuk ke Perpustakaan ini akan kita temui tembok batu besar yang bertuliskan “manuskrip museum”. Tembok batu besar ini mengambil bentuk bangunan-bangunan mesir kuno di masa lalu.
Dengan model seperti Opera Square di Sidney dan seperti museum di New York. Mempunyai kapasitas yang mampu memuat sekitar 8.000.000 buku, dengan jumlah yang baru ada sekarang sekitar 5000.000 buku. Adapun ruangan-ruangan khusus untuk membaca yang sangat luas dan dirancang sedemikian rupa dengan arsitek yang sangat canggih. Sedangkan pencahayaan dalam ruangannya pada waktu pagi hingga siag hari menggunakan sinar matahari langsung sebagai pantulan dari atapnya yang tembus kilauan cahayanya dengan warna-warna khusus sehingga tidak membuat ruangan silau dan menggambarkan perbedaan siangdan sore hari.
Sebagaimana disebutkan bahwa Perpustakaan ini berbentuk Istana Matahari yang muncul dari permukaan bumi dengan menghadap laut. Ketinggiannya mencapai 160 meter jika diukur dari bagian paling bawah. Dikelilingi dengan batu Aswan (granit) yang berbentuk bulan purnama dan divariasi dengan huruf abjad sebanyak 120 buah dengan bahasa yang berlainan.
Salah satu bagiannya yang berupa bulat yaitu planetarium, sengaja diserupakan dengan bentuk planet bulan yang terlihat terang di malam hari. Selayaknya bulan purnama yang menerangi bumi dengan cahaya sekundernya dari matahari, begitu juga dengan Bibliotheca Alexandrina yang memberi pencerahan bagi siapa saja yang menginginkannya.
Di samping itu, makatabah ini juga dilengkapi dengan ruang konferensi yang dapat menampung 3200 peserta. Perpustakaan yang berkubah seperti kristal ini juga menyediakan sebuah perpustakaan Thaha Husein khusus untuk tuna netra yang bisa dibaca dengan sentuhan tangan (huruf Braille), juga perpustakaan khusus anak-anak, yang semua dirancang dengan teknologi hitungan canggih, manuskrip dan lima embaga riset. Juga berisi buku-buku klasik yang dimulai sejak zaman tarikh Islam dahulu, sampai karya-karya tulis Ilmiah terbaru dari seluruh Negara Eropa. (kupretist.multiply.com)
Perpustakaan kuno Alexandria memiliki koleksi tulisan antik terbaik. Ketika perpustakaan ini dihancurkan pada abad kelima setelah masehi, harta kearifan kuno dalam jumlah yang sangat banyak selamanya hilang.

Daftar Pustaka
“Alexandria, Saksi Peradaban Mesir”, dalam http://www.kupretist.multiply.com/journal/item/106, di akses tanggal 9 Juli 2008
“Bibliotek_Alexandria” dalam http://www.id.wikipedia.org/wiki, diakses tanggal 9 Juli 2008

“Bibliotheca Alexandrina” dalam http://www.greatbuildings.com, diakses tanggal 9 Juli 2008
“Bibliotheca Alexandrina (Egypt)” dalam http://www.hamza.org, diakses tanggal 9 Juli 2008
http://www.bibalex.org/English/gallery/pages, diakses tanggal 9 Juli 2008
Perpustakaan Alexandria http://www.norwegia.or.id/culture/architecture/alexandria, diakses tanggal 9 Juli 2008