Senin, 22 Desember 2008

Surat Cinta Untuk Jiwa

Surat ini kutunjukan untuk diriku sendiri serta saudara – saudariku yang Insya Allah tetap mencintai Allah dan rasul – Nya di atas segalanya, cinta hakiki yang membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandang yang berbeda, lebih bermakna dan indah.



Surat ini kutunjukan untuk hatiku dan hati saudara / I –ku yang kerap kali terisi oleh cinta selain – Nya, yang mudah sekali terlena oleh indahnya Dunia, yang terkadang melakukan segalanya bukan karena – Nya, lalu diruang hatinya yang kelam merasa senang jika dilihat dan dipuji orang, entah dimana keikhlasan. Maka saat ini kurasakan kekecewaan dan kelelahan karena yang kulalukan tidak sepanuhnya berlandaskan keikhlasan, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasil, Dia akan melihat kesungguhan dalam berproses.

Surat ini kutunjukan untuk jiwaku dan jiwa saudara /I –ku yang mulai lelah menapaki jalan –nya ketika seringkali mengeluh, merasa terbebani bahkan terpaksa untuk menjalankan tugas yang sangat mulia, padahal tiada kesakitan, kelelahan serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan Allah akan mengampuni dosa –dosanya.

Surat ini kutunjukan untuk ruh – ku dan ruh saudara / I ku yang mulai terkikis oleh dunia yang menipu, serta membiakan fitrahnya tertutup oleh maksiat yang dinikmati, lalu dimanakah kejujuran diletakkan ?! dan kini terabaikan sudah secara nurni yang bersih, saat ibadah hanyalah rutinitas belaka, saat fisik dan fikiran disibukan oleh Dunia, saat wajah menampakan kebahagian yang semu, coba lihat hatimu menangis, tertawa dan merana??!

Surat ini kutunjukan untuk diriku dan saudara / I –ku yang sombong, yang terkadang bangga dengan dirinya sediri. Sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih dihadapan – Nya selain ketakwaan, padahal kita menyadari bahwa tiap – tiap jiwa akan merasakan mati, namun kita masih bergulat terus dengan kefanaan.

Surat ini kutunjukan untuk hatiku dan hati saudara / I –ku yang mulai mati, saat tiada getar ketika asma Allah disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan terlewatkan begitu saja, dan saat tiada rasa dosa ketika menzhalimi diri dan saudaranya.

Akhirnya surat ini kutunjukan untuk jiwa yang masih memiliki cahaya meskipun sedikit, jangan birkan cahaya itu padam. Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi wajah – wajah disekelilingnya, memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya hanya dengan kekuatan dari – Nya.

“Adakah hari – hari yang mungkin aku bisa lari dari maut, hari yang ditentukan, dan yang tidak ditentukan. Hari yang tidak ditetapkan, akupun tak gentar dan hari yang ditentukan – pun aku tak kuasa menghindarinya. Dari para syuhada yang gugur yang tak kau pedulikan. Maka sesungguhnya engkau walau meminta penundaan meski sehari atas ajal yang ditetapkan padamu, tentu ia takkan mau karena itu bersabarlah saat menhadapi kematian karena mengarapkan keadilan adalah mustahil.”

“ya…. Allah yang maha membolak –balikan hati, tetapkan hati ini pada agama – mu, pada ta’atnya beribadah kepada – mu dan da’wah dijalan –mu.”

Tidak ada komentar: